Merasa bersalah ternyata selama ini Ibu sangat perhatian sama Rara. Aku yang kurang respek baru sadar pada saat masa-masa sekarang aku harus hidup jauh darinya. Meski hanya hal kecil dan tidak yang terlalu besar, ini menandakan bahwa rasa perhatian itu sudah ada sejak aku lahir, namun aku tak menyadarinya. Sungguh berdosa diriku ini terhadap dzat yang telah melahirkan aku di dunia ini.
Setelah aku mengalami ujian yang cukup berat yaitu mengalami sakit nefritis, perhatian itu semata-mata sekarang menjadi milikku diantara 3 bersaudara anak Ibuku. Semakin sering Ibu mengingatkanku ataupun apalah sehingga aku selalu ada di setiap pembicaraanya. Hal ini ku alami saat aku sudah memulai hidup jauh darinya. Aku yang harus tinggal sendiri dan merawat diriku sendiri ini. Yapz benar dugaanku ternyata aku belum mampu sepenuhnya merawat diriku sendiri. Tak ku sangka disini sering sekali aku mengalami sakit ringan seperti pilek, batuk dan demam. Padahal sakit itu sangat jarang sekali hinggap di badanku ketika masih tinggal di rumah. Sungguh sentuhan tangan Ibu adalah malaikat bagi hidupku. Beliau ada saat aku merasakan sakit itu datang, sebaliknya aqku selalu tidak di sampingnya jika Beliau mengalami sakit itu. Sungguh berdosanya aku ini sebagai anak perempuannya. Maafkan Rara Ibu, aku tak bermaksud seperti ini kepadamu, suatu saat nanti aku pasti akan di sampingmu baik engkau senang dan sedih.
Kehidupanku yang jauh dari orang-orang ternyata masih mendapatkan perhatian dari keluargaku. Sesekali aku berpikir untuk ingin pulang ke rumah disela-sela jadwal kuliahku. Namun ayah dan ibu berpikir lain. Mereka melarangku untuk pulang ke rumah karena mereka berpikir daripada aku hanya capek dalam perjalanan lebih baik istirahat saja di kost. Meski mereka melarang seperti ituternyata mereka pengertian. Setiap bulan aku selalau mereka kunjungi entah hanya ayah, kakak atau pun satu keluarga utuh. Lantas mereka juga mengajakku untuk refresing melepas kepenatan rutinitas sehari-hari. Kami sekeluarga berkunjung juga ke rumah nenek dari Ibu yang juga orang Bantul. Setelah berkunjung dari rumah nenek dan saudara, kamipun juga menuju pantai yang selama ini rencana pergi ke sana namun gagal. Jarang sekali waktu-waktu ini bisa terjadi di keluargaku. Alhamdulillah karena nikmat Allah yang diberikan akhirnya aku dan keluarga masih bisa merasakan yang namanaya kebersamaan. Pantai Kuwaru adalah menjadi saksi kebersamaan keluargaku ini.
Semoga kebersamaan ini bisa tetap ada hingga akhir hayat kami.
Teringat tentang perhatian Ibu ku, pada tanggal 3 april 2011, kakak akan mengikuti penataran di Jogja. Ibupun berinisiatif untuk memeaketkan makanan ringan. Beliau paham sekali akan kebutuhan itu untuk diriku. Ternya beliau paham betul apa yang aku suka. Pada satu kardus paket makanan , terselip satu coklat kesukaanku. Beliau tahu betul makanan yang aku suka. Karena setiap aku akan kembali ke Jogja coklat tidak akan selalu ketinggalan dalam bekal makananku. Maka daripada itu beliau menyelipkan satu kotak coklat di dalam paket makanan itu . Meski harganya g seberapa tapi makna yang tersirat dari kiriman coklat itu. Berarti Ibu saya masih perhatian makanan apa yang saya suka. Setidaknya ini menjadi satu spirit saya untuk menghadapi UTs besok (loh g nyambung). Hehehe. Oke berhubung harus belajar buat UTS besok saya akhiri dulu corat-coret tulisan ini ya. Semoga menjadi Inspiratif buad kalian-kalian yang baca. hehehe ... :)
Wassalamualaikum ... :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar