Minggu, 28 November 2010

DATA SATELIT SISTEM PASIF

Pengambilan data pengindraan jauh secara pasif komponenya meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan bumi, sensor, system pengolahan data dan berbagai penggunaan data. Data satelit system pasif yang digunakan sebagai data masukan pengolahan data digital yaitu :
1.   Data satelit Landsat masing-masing RBV, MSS dan TM
2.   Data satelit SPOT dengan sensornya HRV/XS dan HRV/P
3.   Data satelit HCMM dengan sensornya HCMR
4.   Data satelit NOAA dengan sensornya AVHRR
5.   Data satelit GMS dengan sensornya VIS dan IR (Infra Red)
6.   Dara satelit JERS-1 dengan sensornya VNIR dan SWIR
7.   Data satelit IRS dengan sensornya Pancromatic, VNIR dan SWIR
1.     Citra Landsat (Land Satellite)
            Landsat merupakan satelit sumberdaya bumi yang awalnya bernama ERTS-1. Konfigurasi dasar satelit Landsat 1,2 dan 3 berbentuk kupu-kupu dengan tinggi kuarang lebih 3 meter, bergaris tengah 1,5 meter dengan panel matahari yang melintang kurang lebih 4 meter. Berat satelit kurang dari 815 kg dan diluncurkan dengan ketinggian orbit lingkarannya 920 km. Landsat 1 dan 2 membawa 2 sensor yaitu RBV (Return Beam Vidicom) dan MSS (Multispektral Scanner). Landsat 3 terdapat 2 perubahan besar pada rancang bangunannya, yaitu tamabahn saluran termal (10,4-12,6) mm pada sensor MSS dan resolusi spasial system RBV dtingkatkan dengan menggunakan system dua kamera lebar (bukan spectral). Landsat 1, 2 dan 3 mempunyai kesamaan parameter orbi. Ketinggian memotret wilayah/ daerah/ objek dengan interval waktu 18 hari. Landsat 4 dan 5 dirancang agar mempunyai stabilitas lebih baik dari Landsat 1, 2 dan 3.  Landsat 4 pengembangan sensor pada system Landsat 1, 2 dan 3 dengan peningkatan resolusi spasial, kepekaan radiometik, laju pengiriman datanya lebih cepat dan focus pengindraan informasi yang berkaitan dengan vegetasi.
a.     Citra Landsat RBV (Return Beam Vidicon)
        Citra Landsat RBV diambil dengan menggunakan sensor RBV. Sensor RBV dimuat dalam Landsat 1 dan 2 bersama dengan sensor MMS (Multispectral Scanner). Terdiri atas 3 kamera televisi dengan cakupan 185 km × 185 km. Kepekaan spectral masing-masing kamera pada dasarnya sama dengan satu lapis film inframerah berwarna dengan susunan :
·         Saluran 1 peka terhadap gelombang hijau (0,475-0,575) mm
·         Saluran 2 peka terhadap gelombang merah (0,580-0,680) mm
·         Saluran 3 peka terhadap gelombang inframerah (0,690-0,890) mm
Kamera RBV tidak berisi film, tetapi sebagai gantinya dipasang alat penutup atau shutter dan disimpan pada permukaan yang peka terhadap sinar di dalam setiap kamera. RBV pada Landsat 1 hanya menghasilkan 1.690 citra yang direkam anatar 23 Juli hingga 5 Agustus 1972 (Lillesand Dan Kiefer, 1979), sedangkan Landsat 2 dioperasikan hanya terkadang saja hanya untuk maksud evaluasi teknik untuk kegunaan kartografi daerah yang sulit dijangkau. Kepekaan spectral system Landsat 3 berkisar 0,505 mm – 0,750 mm (hijau hingga inframerah dekat).
b.    Citra Landsat MSS (Multispektral Scanner)
        Citra Landsat MSS (Multispectral Scanner) hasil rekaman sensor MSS. Sensor MSS dipasang pada satelit Landsat 1 hingga 5. Saluran MSS mulai dari saluran 4 (0,5-0,6) mm, hingga 7 (0,8-1,1) mm, karena saluran 1 hingga saluran 3 digunakan sensor RBV. Panjang gelombang yang digunakan Landsat MSS yaitu :
·         Saluran 4 gelombang hijau (0,5-0,6) mm
·         Saluran 5 gelombang merah (0,6-0,7) mm
·         Saluran 6 gelombang inframerah dekat (0,7-0,8) mm
·         Saluran 7 gelombang inframerah dekat (0,8-1,1) mm
Konfigurasi perekaman MSS dirancang untuk pengindraan energy dengan medan pandang total 100° dan bidang pandang sesaat atau IFOV .
c.     Citra Landsat TM (Thematic Mapper)
        Citra Landsat TM hasil rekaman sensor Thematic Mapper, yang dipasang pada satelit Landsat 4 dan Landsat 5. Meliputi lebar sapuan (scanning)  sebesar 185 km. Direkam menggunakan 7 saluran saluran gelombang yaitu :
·            Saluran 1 gelombang biru (0,45-0,52) mm
·            Saluran 2 gelombang hijau (0,52-0,60) mm
·            Saluran 3 gelombang merah (0,63-0,69) mm
·            Saluran 4 gelombang infra merah dekat (0,76-0,90) mm
·            Saluran 5 gelombang inframerah pendek (1,55-1,75) mm
·            Saluran 6 gelombang inframerah thermal (10,40-12,50) mm
·            Saluran 7 gelombang inframerah pendek (2,08-2,35) mm
Konfigurasi perekaman TM dirancang untuk mengindera energi dengan medan pandang total 100° dan bidang pandang total atau IFOV dari objek yang disiam atau discan sekitar 15,4°. Resolusi radiometikcitra Landsat TM lebih baik daripada citra Landsat MSS.
d.    Citra Landsat ETM (Enhanced Thematic Mapper)
        Citra ETM (Enhanced Thematic Mapper) diharapkan dapat diperoleh dari rekaman sensor ETM pada Landsat 6. Sensor ETM merupakan pengembangan dari sensor TM dengan menambahkan saluran pankromatik (0,50-0,90) mm yang didesain mempunyai resolusi spasial 15 × 15 meter. Sensor ETM juga didesain dapat merekam citra multispectral dengan 6 saluran seperti pada sensor TM.
e.     Citra Landsat ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus)
        Desain dan operasi Landsat 7 direncanakan akan membawa dua sensor yaitu ETM+ dan HRMSI. Desain ETM+ titik beratnya untuk berkelanjutan dari program Landsat 4 dan 5. Pola orbitnya juga sama dengan Landsat 4,5 dan 6 yaitu lebar liputan 185 km. Desain sensor ETM+ seperti ETM pada sensor Landsat 6 ditambah dua system model kalibrasi untuk ganguan radiasi matahari.
f.     Citra Landsat HRMSI (High Resolution Multispectral Stereo Imager)
        Sensor HRMSI (High Resolution Multispektral Stereo Imager) direncanakan dibawa oleh Landsat 7. Sensor tersebut diharapkan seperti sensor pushbroom scanner pada satelit SPOT. Satelit ini didesain dapat mengambil data ETM+ dari bernagai arah untuk mendapatkan data stereo (tiga dimensi).
2.     Citra SPOT (Systeme Probatoire I’Observation de la Tere)
           Satelit SPOT (Systeme Probatoire I’Observation de la Tere) adalah program satelit pengindraan jauh Perancis. SPOT 1,2 dan 3 mengorbit hampir polar, sinkron matahari, ketinggian orbit 832 km dan frekuensi perekaman ulang atau resolusi temporal 26 hari. 3 keunggulan data SPOT yaitu
·      Dapat diperoleh gamabarn streoskopik dengan jalan merekam daerah dari dua lintasan orbit yang berbeda
·      Sensor dapat diarahkan pada daereah yang bebas awan
·      Dimungkuinkan perekaman ulang daerah dalam waktu yang lebih pendek
        Sensor perekam yang dibawa oleh satelit SPOT yaitu dua sensor dengan spectrum tinggi HRV dan alat bantu berupa magnetic tape recorder.
a.     Citra SPOT Pankromatik
        Citra SPOT Pankromatik direkam menggunakan panjang gelombang tampak (0,51-0,73) mm dengan resolusi spasial 10 meter. Data SPOT pankromatik berupa foto udara hitam putih dan digunakan untuk pemetaan planimetrik.
b.    Citra SPOT Multispektral
        Citra SPOT Multispektral direkam dengan menggunakan sensor betuk sapu dengan resolusi tinggi HRV yang menggunakan 3 panjang gelombang. Data yang diperoleh adalah :
·      Citra HRV/P                       Ÿ   Citra HRV3
·      Citra HRV1                        Ÿ   Citra HRV4
·      Citra HRV2                        Ÿ   Citra HRV5

Tugas Kardas yang bikin komettt tujuuh keliling ...

wuahahaaaaaaa ... KARDAS acara 4 ruwettt teman .... aq g mari2 ngerjakne .....
iki lagek separo .... cek TKP ....



gambarnya masih ruwett .... ntar belum hill shadingnya, 3 dimensi di kalkir n 3 dimensi di milimeterblok .... huaaaaaaaa hikss .... :'( .... seumpama milih mending ngerjain laporan metklim ajja deh .....

Selasa, 23 November 2010

Hari ini Saya JENGKEL ama tukang rujak ...... :(

Hiaatttttttttttttttttt jengkel banget deh ama tukang rujak .... masak rujak nya harganya 5 rb ... ???? di nganjuk dapet 4 bungkus kali pakkk .... Nyesel .... >,<
Cek TKP .... ini barang buktinya Rujak 5 rb ..... nyeseeelllll ....
 
Menyesall seumur hidup dehh saya .... Kapok beli rujak di bakul lewaatt ituuu ..... 5 rb uda dapet nasi ayam tuhhh ..... huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa hiksss :'((((

Senin, 22 November 2010

Ini Laporan g kelar2 .. Bikin Puyeng ajje ....

Ya Allah ... bukakan pintu hati si mas asisten itu .... aq dah mumet mas ..... (bendera putih) 
Tapi saya bertekad bangun besok kudu jadi deh laporannya :)

BENTUKLAHAN


Bentuklahan atau landform adalah suatu bentukan alam yang terdapat di permukaan bumi pada khususnya di daratan yang terjadi karena adanya proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian proses evolusi tertentu juga (Marsoedi, 1996). Bentuklahan merupakan suatu kenampakan fisik/medan yang terbentuk karena suatu proses alami, memiliki beberapa komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut berada, jelas (Sukmantalya, 1995).  (Gunadi, 1991) berpendapat bahwa ada suatu hubungan dengan data bentuklahan, tanah, hidrologi, dan sebagainya, sehingga dapat merumuskan alternatif – alternatif  dan strategi pengembangan untuk perencanaan suatu penggunaan lahan. Sedangkan (Way, 1993 dan Zuidam, 1979) berpendapat lain lagi, menurut mereka bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk karena adanya proses alami yang memiliki suatu susunan tertentu dan julat suatu karakteristik fisik dan visual dimana bentuklahan tersebut terbentuk.   
Adanya beberapa factor geomorfologi mayor yang dapat berpengaruh dalam pengembangan suatu lahan yaitu bentuklahan, proses geomorfologis dan suatu kondisi tahan dikemukakan oleh (Verstappen, 1983). Dijelaskan juga bahwa bentuklahan mencakup seperti kemiringan lahan, proses geomorfologi : mencakup banjir, tanah longsor dan bahaya yang terjadi karena proses alam yang menyebabkan suatu bencana, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari suatu proses pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini merupakan suatu bentuk lahan/medan yang dapat memberikan informasi yang dapat menentukan dalam pemanfaatan penggunaan lahan suatu daerah tertentu. Maka daripada itu, bentuk lahan harus menjadi suatu perhatian yang serius dalam rangka untuk penggunaan lahan pada suatu daerah supaya mewujudkan penggunan lahan yang dapat memberikan rasa nyaman terlepas dari ancaman suatu bencana.
            Bentuklahan itu sendiri diklasifikasikan ada 8 jenis bentuklahan berdasarkan proses pembentukannya. Bentuklahan tersebut adalah :
1.      Bentuklahan Asal Struktural
      Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya suatu proses endogen atau proses tektonik yang berupa proses pengangkatan, proses perlipatan serta proses pensesaran/terbelah.
2.      Bentuklahan Asal Vulkanik
      Bentuklahan vulkanik terbentuk karena adanya suatu proses vulkanisme yaitu naiknya magma ke permukaan bumi sehingga material dari magma yang keluar tersebut membentuk suatu bentuklahan baru.


3.      Bentuklahan Asal Fluvial
      Bentuklahan fluvial terbentuk karena adanya kaitan erat dengan aktivitas sungai dan air permukaan. Adanya proses pengikisan, pengangkutan dan jenis buangan pada daerah dataran rendah seperti daerah lembah, ledok dan dataran alluvial.
4.      Bentuklahan Asal Marine
      Bentuklahan marine terjadi karena adanya aktifitas abrasi, sedimentasi, pasang-surut dan dan pertemuan terumbu karang. Selain itu ada proses lain yang kemungkinan membentuk bentuklahan ini yaitu aktifitas masa lampau seperti aktifitas tektonik masa lalu berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
5.      Bentuklahan Asal Solusional/Karst
Bentuklahan solusional atau biasa disebut kars ini terjadi karena adanya proses pelarutan pada suatu batuan yang mudah unutk larut jika terkena air. Kelarutan batuan dibentuklahan ini cukup tinggi, selain itu karakteristik relief dan drainase dari bentuklahan solusional/karst sangat khas dibandingkan dengan bentuklahan yang lain.
6.      Bentuklahan Asal Glasial
      Bentuklahan glacial terjadi karena adanya aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
7.   Bentuklahan Asal Aeolin
      Bentuklahan Aeolin terjadi karena adanya gerakan udara atau angin sehingga membentuk suatu medan yang khas dan berbeda dari bentuklahan lainnya. Endapan angin yang terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan dan pengendapan material dilepas oleh angin sehingga menghasilkan suatu bentuklahan berupa gundukan.
8.   Bentuklahan Asal Denudasioanal
      Bentuklahan denudasional merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelapukan gerakan tanah/erosi dan kemudian dikhiri oleh proses pengendapan.
Ini murni saya harus ngedit kata per katanya ... :)

UNSUR & TEKNIK INTERPRETASI CITRA


1.  UNSUR INTERPRETASI CITRA
Dalam interpretasi citra hal yang utama harus dipahami adalah pengenalan objek. Karena apabila tidak dilakukan pengenalan objek, tidak mungkin dilakuakn analisis untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Prinsip pengenalan objek pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada citra. Karakteristik obyek yang tergamabar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsure interpretasi citra.
Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs dan asosiasi. Sembilan unsur interpretasi citra disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik dan disajikian pada gambar di bawah.

1.a.      Rona dan Warna
                        Rona yang biasa disebut tone/color tone/ grey tone adalah tingkat kegelepanatau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spectrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spectrum dengan panjang gelombang (0,4-0,7) mm. Di dalam pengindraan jauh spectrum ini disebut spectrum lebar. Sehingga rona itu adalah tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
                        Warna adalah wujud yang tampak oleh mata yang menggunakan spektum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan di dalam wujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Pernyataan tentang pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spectrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan spectrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispectral. Mengingat pentingnya rona atau warna sebagai unsure dasar, maka akan membahas tentang bagaimana rona dapat diinterpretasi.
a.    Cara pengukuran rona
Rona dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan cara relatif dengan menggunakan mata biasa, dan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat. Dengan menggunakan alat mata biasa, pada umummnya rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam. Dengan menggunakan alat maka rona dapat dibedakan dengan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak.
Rona dapat diukur berdasarkan opasitasnya amupun berdasarkan transmisinya. Tingkatan rona itu disebut density (density) yang besarnya sama dengan logaritma normal opasitas, atau
                 D = log O = log
Alat pengukur densiti disebut densitometer. Tiap jenis densitometer dibedakan atas densitometer titik (spot densitometer) dan densitometer penyiaman (scaning densitometer).
a.    Faktor yang mempengaruhi rona
Rona pada citra dipengaruhi oleh lima faktor  yaitu :
1.         Karakteristik obyek
2.         Bahan yang digunakan
3.         Pemrosesan emulsi
4.         Cuaca
5.         Letak obyek dan waktu pemotretan
c.  Cara pengukuran warna
     Pada umumnya digunakan tiga lapis zat warna yang berbeda-beda pada film berwarna. Fungsi zat warna itu ialah sebagai penyerap sinar. Cara pengukuran analitik ialah pengukuran densiti pada tiap panjang gelombang bagi tiap lapis zat warna.
d. Faktor yang mempengaruhi warna
     Panjang gelombang yang dominan atau panjang gelombang sinar rata-rata yang membentuk warna disebut hue. Disamping dipengaruhi hue, warna juga dipengaruhi oleh dua faktor lainnya, yaitu kejenuhan (saturation) dan intensitas. Pada pemberian warna dengan system Munsell, istilah kejenuhan diganti dengan chroma sedang istilah intensitas diganti dengan value.
  1.b.    Bentuk
                 Bentuk merupakan variable kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk, ukuran dan tekstur dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunderdalam segi kerumitannya. Pada bahasa Inggris, bentuk yaitu shape dan form. Shape adalah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebh rinci.
1.c.      Ukuran
                 Ukuran adalah atribut obyel yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsure interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
1.d.      Tekstur
                 Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus seperti berledu dan belang-belang.
1.e.      Pola
                 Pola, tinggi dan bayangan dikelompokkan kedalaman tingkat kerumitan tersier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur sebagai unsure intepretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan cirri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
1.f.       Bayangan
                 Bayangan bersifat menyembunyikan detail obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekaliatau kdang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering menjadi kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya..
1.g.      Situs
                 Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi. Situs bukan merupakan obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
1.h.      Asosiasi
                 Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan yang lain. Karena danya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

            Konvergensi Bukti
                 Di dalam mengelai obyek pada foto udara tau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanyamenggunakan satu unsur interpretasi citra. Sebaiknya digunkan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsure interpretasi citra yang digunakan, semakin menciut lingkupnya kea rah titik simpul tertentu. Inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti (converging eveidence/convergence of evidence), atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik simpul.
2.  TEKNIK INTERPRETASI CITRA
                 Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode pengindraan jauh. Ini juga merupakan cara untuk melakukan sesuatu secara ilmiah. Di dalam teknik interpretasi citra ini dibandingkan cara-cara interpretasi yang lebih menguntungkan.  Istilah tersebut diartikan dalam segi kemudahan pelaksanaan interpretasinya, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih banyakinformasi yang diperoleh. Cara-cara tersebut adalah :
     2.a.   Data Acuan
                     Data acuan adalah data lain yang masih diperlukan untuk meyakinkan hasil interpretasinyadan untuk menambah data yang diperlukan tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terestrial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Jumlah pekerjaan medan yang diperlukan di dalam interpretasi citra sangat beraneka. Ini sangat bergantung pada :
·      Kualitas citra yang meliputi skala, resolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi
·      Jenis analisis atau interpretasinya
·      Tingkat ketelitianyang diharapkan, baik menyangkut penarikan garis batas deliniasi maupun klasifikasinya
·      Pengalaman penafsir citra dan pengetahuannya tentang sensor, daerah dan obyek yang harus diinterpretasi
·      Kondisi medan dan kemudahan mencapai daerah, yang untuk alas an tertentu ada daerah yang tidak dapat dijangkau untuk uji medan, dan ketersediaan data acuan
2.b.   Kunci Interpretasi Citra
                    Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasikan serta diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterngan seperlunya. Keterngan bisanya meliputi jenis obyek, unsure interpretasinya dan keterangan tentang citra. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan interpretasi citra. Ada dua cara membedakan interpretasi citra yaitu :
1.   Atas Dasar Lingkupnya
Berdasarkan lingkupnya kunci interpretasi dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
a.    Kunci individual (item key)
     Kunci interpretasi citra yang digunakan untuk obyek atau kondisi individual.
b.  Kunci subyek (subject key)
     Himpunan kunci individual yang digunakan untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi penting dalam suatu subyek atau kategori tertentu.
c.  Kunci regional (regional key)
     Himpunan kunci individual atau kunci subyek untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi suatu wilayah tertentu.
d. Kunci analog (analog key)
     Kunci subyek atau kunci regional untuk daerah yang terjangkau secara terestrial.
2.  Atas Dasar Lainnya
           Salah satu dasar pembeda lainnya ialah pada karakter dasar atau karakter intrinsiknya. Berdasarkan karakter intrinsiknya maka kunci interpretasi citra dibedakan atas dua jenis yaitu :
a.       Kunci langsung (Direct key)
Kunci interpretasi citra yang disiapkan untuk obyek atau kondisi yang tampak langsung pada citra.
b.   Kunci asosiatif (Associative key)
      Kunci interpretasi citra yang terutama digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak langsung pada citra.
2.c.   Penanganan Data (data handling)
         Cara yang sederhana untuk mengatur citra dengan baik adalah :
·   Menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik dan manghadap ke atas
·   Mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan kertas penyekat diantaranya
·   Meletakkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang membentang dari kanan ke kiri terhadap arah pengamatan
·   Meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding sebelah-menyebelah yang akan diinterpretasikan
·   Pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya.
2.d.   Pengamatan Stereoskopik
                    Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang telah lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik adalah foto udara. Syarat pengamatan stereoskopik antara lain adanya daerah yang bertampalan dan adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks dalah perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau system acuan. Titik pengamatan ini berupa tempat pemotretan. Pertampalan pada foto udara berupa pertampalan depan (endlap) dan pertampalan samping (sidelap).
2. e.  Metode Pengkajian
         Pada dasarnya ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu :
1.      “Fishing Expedition”
Citra menyajikan gambaran obyek dipermukaan bumi. Sebagai akibatnya maka bagi penafsir citra yang kurang berpengalaman sering mengambil data lebih banyak dari yang diperlukan.
2.      “Logical Search”
Dalam ‘logical search’ penafsir citra juga mengamati citra secara menyeluruh, tetapi ia secara selektif hanya mengambil data yang relevan terhadap tujuan interpretasinya.
2.f.    Konsep Multi
         Konsep multi adalah cara perolehan data dan analisis data pengindraan jauh meliputi :
1.      Multispektral
Ada 4 manfaat yaitu :
·      Meningkatkan kemampuan interpretasi citra secara manual
·      Dimungkinkannya pembuatan citra komposit warna atau paduan warna berdasarkan citra multispectral hitam putih
·      Dimungkinkannya peragaan citra paduan warna dengan menggunakan alat pengamat warna aditif
·      Memungkinkan dilakukannya pengenalan pola sehingga kemampuan interpretasinya meningkat sangat berarti

2.      Multitingkat
Pengindraan jauh dengan teknik multitingkat yaitu pengindraan jauh yang menggunakan wahana dengan ketinggian terbang diatas muka bumi dan atau tinggi orbit yang berbeda-beda. Secara lengkapnya berupa pengindraan dari satelityang disebut ketinggian tingkat 1.
3.      Multitemporal
Data pengindraan jauh multitemporal adalah data suatu daerah yang menggambarkan kondisi dan saat perekaman yang berbeda. Apabila data tersebut berupa foto udara, perekaman ulangnya pada umumnya dilakukan dengan jarak waktu 3 tahun atau lebih.
4.      Multiarah
Sensor yang dapat diatur kearah yang berbeda dapat mengingatkan kemampuan pengadaan data pengindraan jauh, terutama bagi daerah tropika yang banyak penutupan awannya.
5.      Multipolarisasi
Konsep multipolarisasi pada umummnya diterapkan pada citra radar. Pulsa tenaga yang dipancarkan dari antenna dapat dipolarisasikan sehingga gerakannya mengikuti bidang mendatar (H) atau bidang tegak (V).
6.      Multidisiplin
Citra pengindraan jauh menyajikan gambaran lengkap sehingga ia merupakan sarana yang baik sekali bagi pendekatan multidisipliner.

Sang Maha Guru "BENDAN"

Assalamualaikum :)   Sudah lama yak gak kunjung blog ini huft sibuk sih .... Oke setelah selama sebulan berkutat dengan PEMIRA UGM 2011 ...